Pohon Wijayakusuma Keraton dengan nama latin Pisonia grandis var silvestris merupakan pohon bunga yang masih satu keluarga dengan Bougenville. Habitat aslinya berada di bebatuan karang sepanjang pantai di Asia Tenggara, Australia, dan Samudera Pasifik. Di Cilacap sendiri, pohon ini hanya tumbuh di sebuah pulau karang sebelah selatan Pulau Nusakambangan bernama Pulau Majeti, dimana pulau tersebut masuk dalam area Cagar Alam Wijayakusuma. Hingga saat ini, di kawasan cagar alam tersebut hanya terdapat beberapa pohon Wijayakusuma saja dan belum banyak tindakan yang dilakukan sebagai upaya konservasi tumbuhan tersebut.
Menurut legenda, Pohon Wijayakusuma ini menjadi simbol legalitas keraton-keraton Jawa. Spesies inilah yang pada tahun 1970 diambil dari pulau Nusakambangan oleh utusan Presiden Soeharto karena terpengaruh oleh mitos dan legenda yang tersebar di kalangan keraton bahwa siapa saja yang menanamnya akan menurunkan para raja Jawa.
Habitat Asli Pohon Wijayakusuma Keraton
di Cagar Alam Wijayakusuma Cilacap
Ketika dewasa, pohon Wijayakusuma Keraton bisa memiliki ketinggian sekitar 20-25 meter. Karena habitatnya di pantai atau batu karang, pohon ini biasa menjadi tempat favorit untuk bertengger dan bersarangnya burung-burung laut. Pisonia grandis berbunga majemuk, dan tangkai bunganya menyembul keluar. Dalam satu tangkai biasanya terdapat sekitar 10 malai, tiap malai tumbuh sampai 20 kuntum bunga, dalam satu tangkai bisa terdapat ratusan bunga. Ketika bunga mulai mekar, diameternya hanya 2 sampai 4 milimeter dengan panjang 5 sampai 6 milimeter, berbentuk terompet dengan kelopak hijau dan mahkota berwarna putih.
Penampakan Bunga dari Pohon Wijayakusuma Keraton
Berikut detail spesies Pohon Wijayakusuma Keraton.
Kingdom | Plantae (Tumbuhan) |
Subkingdom | Tracheobionta (Tumbuhan Berpembuluh) |
Divisi | Magnoliophyta |
Kelas | Magnoliopsida |
Ordo | Caryophyllales |
Famili | Nyctaginaceae |
Genus | Pisonia |
Spesies | Pisonia grandis |
Sinonim | Pisonia viscosa, Pisonia silvestris |
Daun Muda Pohon Wijayakusuma Keraton
Secara tradisional, daun pohon Pisonia grandis biasa digunakan sebagai bahan masakan di beberapa negara. Daun pohon ini termasuk bagian dari masakan tradisional di Maladewa, karena negara ini terdiri dari kepulauan-kepulauan kecil sehingga negara ini menjadi habitat baik untuk Pisonia. Di Nusantara sendiri, generasi tua mengkonsumsi daun pohon ini sebagai sayuran, lalapan, atau bungkus panganan seperti bothok, tape, dan buntil. Selain dimanfaatkan sebagai bahan panganan, daun, batang, dan akar Pisonia grandis banyak digunakan oleh suku-suku di India untuk pembuatan obat tradisional. Tanaman ini secara tradisional digunakan sebagai anti-rematik dan anti jamur. Menurut sebuah jurnal, secara farmakologi tumbuhan ini juga dipelajari sebagai antioksidan, anti-mikroba, anti-inflamasi, anti-diabetes, diuretik, analgesik, dan penyembuhan luka. Penelitian lebih lanjut mengungkapkan adanya berbagai konstituen fitokimia terutama alkaloid, senyawa fenolik, dan flavonoid.